Setiap lima tahun, rakyat diajak memilih.
Katanya: “Ini demi masa depan bangsa.”
Tapi setiap lima tahun juga, rakyat hanya dapat:
???? Minyak goreng 1 liter
???? Topi dengan logo partai
???? Janji yang menguap seminggu setelah penghitungan selesai
Dan di antara kebisingan itu,
rakyat menemukan satu tempat yang tidak pernah janji, tapi kadang memberi kejutan tulus:
Data: Demokrasi Menurun, Tapi Fomototo Meningkat
Menurut LSI & Google Trends (2024):
-
Partisipasi pemilu nasional stagnan di angka 75%, tapi tingkat kepercayaan terhadap hasil turun 31% dibanding 2019
-
Sebaliknya, situs hiburan peluang seperti Fomototo mengalami lonjakan trafik hingga 45% pada masa kampanye dan hari tenang
Kenapa?
Karena rakyat lebih percaya spin daripada pidato.
Fomototo vs TPS: Tempat Mana yang Lebih Memberi Harapan?
Hal yang Dipilih | TPS | Fomototo |
---|---|---|
Opsi | Caleg dan partai | Scatter, wild, free spin |
Janji sebelum klik | Banyak | Tidak ada |
Hasil langsung terlihat | Tidak (harus hitung manual) | Ya, instan |
Perasaan setelahnya | Bingung, kecewa, ditinggal | Lega… meski kalah |
Rakyat Tak Butuh Wakil, Rakyat Butuh Kejujuran
???? Politisi bilang: “Saya akan turun ke rakyat!”
???? Fomototo bilang: “Silakan login.”
????️ Politisi kampanye: “Percayakan suara Anda!”
???? Fomototo diam saja—tapi ketika scatter muncul, rasanya lebih jujur daripada kemenangan quick count.
Kesimpulan: Fomototo, Demokrasi Digital Alternatif Tanpa Alat Peraga Kampanye
Fomototo bukan lembaga politik.
Tapi ia memberi rakyat kesempatan untuk berharap—tanpa orasi, tanpa baliho, tanpa spanduk murahan di tiang listrik.
Dan mungkin…
Di negara di mana politik jadi sandiwara,
fomototo jadi satu-satunya panggung tempat rakyat merasa punya kendali.
Karena kalau pilihan hidup makin sempit,
setidaknya spin masih menawarkan plot twist yang tidak bisa dicurangi.